maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
Banyak Data Berharga!  Awas, Satu Kesalahan Kecil Bisa Melemahkan IHSG

Banyak Data Berharga! Awas, Satu Kesalahan Kecil Bisa Melemahkan IHSG

Banyak Data Berharga!  Awas, Satu Kesalahan Kecil Bisa Melemahkan IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan negara cenderung bergerak dengan cara yang berbeda minggu ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhenti menguat selama dua minggu berturut-turut, sementara rupiah melanjutkan kinerja impresifnya terhadap dolar AS pada minggu ini. Jadi bisakah pasar keuangan melanjutkan kinerja positifnya minggu depan?

Indeks acuan NKRI turun tipis 0,18% menjadi 6.792,76. Dalam empat hari perdagangan, IHSG menguat dan melemah masing-masing sebanyak dua kali. Meski terjadi perlambatan, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,9 triliun, dan jika pasar negosiasi ditambah uang tunai, nilainya naik menjadi Rp 2,5 triliun.

Pergerakan IHSG cenderung searah dengan pasar saham AS (Wall Street) yang juga melemah. Pelaku pasar sedang menunggu rilis data ketenagakerjaan AS versi pemerintah yang dirilis Jumat lalu.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Data ini menjadi salah satu acuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneternya. Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih kuat. Sepanjang Maret, ekonomi AS dilaporkan memperoleh 236.000 pekerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls), sejalan dengan ekspektasi analis.

Kemudian, tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% dari sebelumnya 3,6%. Upah per jam rata-rata naik 4,2% tahun-ke-tahun, tetapi merupakan yang terendah sejak Juni 2021.

Sementara itu, mata uang Garuda mencatatkan penguatan sebesar 0,53% menjadi Rp14.910/US$. Rupiah kini menguat selama 4 minggu berturut-turut dengan total 3,5%. Tidak hanya itu, rupiah menjadi mata uang terbaik Asia sepanjang tahun ini dengan penguatan sebesar 4,4%, dan terbaik keenam di dunia.

Rupiah mulai menguat setelah Silicon Valley Bank (SVB) ambruk di Amerika Serikat, diprediksi The Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga.

Bisakah pasar keuangan berkinerja baik minggu depan? setidaknya pelaku pasar harus memperhatikan beberapa sentimen kunci yang akan menggerakkan pasar minggu depan.

Pertama, investor cenderung memperhatikan data penting dari ekonomi AS, terutama data ketenagakerjaan yang baru dirilis. Sikap investor cenderung wait and see setelah tanda-tanda penurunan ekonomi AS sebelumnya semakin terlihat. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa resesi di sektor manufaktur semakin dalam di bulan Maret.

Purchasing Managers’ Index (PMI) dilaporkan sebesar 46,3, yang mengalami kontraksi (di bawah 50) selama 5 bulan berturut-turut dan berada pada level terendah sejak Mei 2020.

Namun, karena pasar tenaga kerja masih kuat dan inflasi berdasarkan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sulit diturunkan, pasar kembali memprediksi bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga di bulan Mei.

Tak bisa dipungkiri, sentimen The Fed menjadi momok yang mengerikan bagi pasar keuangan Tanah Air.

Ketegangan antara suku bunga dan harga saham akan terus terjadi minggu depan, karena investor terus mencerna indikasi sikap Fed kemungkinan akan tetap hawkish selama beberapa bulan ke depan. Apalagi, ada dua raksasa ekonomi dunia yang menjadi mitra dagang utama RI, yakni China dan Amerika Serikat.

dari Amerika Di awal pekan, Senin (10/4/2023) akan dirilis data ekonomi penting terkait data ekspektasi inflasi konsumen. Keesokan harinya kita juga akan diberikan pidato oleh seorang pejabat Fed yang akan memberi sinyal tentang suku bunga.

Pekan ini yang menjadi fokus utama pelaku pasar adalah data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (12/4/2023). Tentu saja, ini adalah indikator utama bagaimana Fed akan mengambil langkah selanjutnya.


Catatan, inflasi Amerika Serikat (AS) meningkat pada Februari 2023. Indeks harga konsumen (IHK) meningkat sebesar 0,4% pada Februari, menempatkan tingkat inflasi tahunan sebesar 6%. Laporan itu persis sejalan dengan perkiraan Dow Jones.

Tidak termasuk harga makanan dan energi, CPI inti juga naik 0,5% di bulan Februari dan 5,5% dalam basis 12 bulan. Laporan bulanan sedikit di atas perkiraan 0,4%, tetapi tingkat tahunan sejalan dengan perkiraan.

Bagi The Fed, CPI bulanan, yang mengukur harga sekeranjang barang dan jasa, telah menjadi titik data utama dalam keputusannya untuk menaikkan suku bunga selama setahun terakhir. Sejak Maret tahun lalu, suku bunga naik dari nol menjadi 4,5% menjadi 4,75%, level tertinggi sejak 2007.

sementara itu, dari Negeri Tirai Bambu Minggu depan kita akan diperlihatkan data inflasi dan indeks harga produsen (PPI). Tak kalah pentingnya, pekan ini investor fokus mencermati rilis data neraca perdagangan terkait ekspor dan impor China. Ini akan memberikan gambaran bagaimana pemulihan ekonomi China setelah tertekan oleh Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.

dari dalam negeri, Tentunya ada beberapa data ekonomi penting yang harus diwaspadai pelaku pasar, antara lain rilis penjualan ritel selama Februari 2023.

Khususnya, penjualan ritel di Indonesia turun sebesar 0,6% yoy pada Januari 2023. Ini adalah penurunan penjualan ritel pertama sejak September 2021, di tengah lemahnya konsumsi akibat biaya pinjaman yang lebih tinggi.

PENELITIAN CNBC INDONESIA

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Fokus Pasar: Risiko Pelemahan Rupiah Hingga Inflasi November

(oh/oh)