maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
Guru Mughni, sosok ulama yang sederhana meski memiliki banyak harta. Banyak berkontribusi untuk masyarakat baik berupa uang maupun ilmu pengetahuan.

Guru Mughni, Ulama Bersahaja yang Bergelimang Harta

Guru Mughni, sosok ulama yang sederhana meski memiliki banyak harta. Banyak berkontribusi untuk masyarakat baik berupa uang maupun ilmu pengetahuan.

Jakarta, CNNIndonesia

Terletak di celah-celah gedung pencakar langit Ibukota, makam Guru Mughni Kuningan masih ramai dengan doa ratusan jemaah.

Makam tersebut terletak di Jalan Mega Kuningan Barat Nomor 1, RT 1/RW 2, Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, tepat di depan Kedutaan Besar Pakistan.

Tak hanya kuburan, di atas tanah seluas 1.225 meter persegi juga terdapat Masjid Al-Mizan.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Pemakaman ini dikelilingi tembok berukuran sekitar 1,5 meter dengan warna hijau kusam dan pudar.

Rimbunnya dedaunan pohon-pohon tinggi di kiri dan kanan menghalangi teriknya matahari yang membakar bumi, menjadikan kawasan Makam Mughni Guru menjadi lingkungan yang teduh.

Tak jauh dari pintu masuk, terdapat sebuah batu dengan beberapa nama terukir di atasnya. Salah satu nama di batu itu adalah Kyai Haji Abdul Azim Abdullah Suhaimi cucu Guru Mughni.

Azim mengatakan kuburan itu diperuntukkan bagi keturunan kakeknya.

“Kebanyakan keturunan Guru Mughni. Jadi ada batu yang siapa saja yang berhak disemayamkan di situ namanya tertulis dengan tugas,” kata Azim saat ditemui CNNIndonesia.com, Senin (20/3).

Nama asli Guru Mughni adalah Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qays. Guru Mughni lahir di Kuningan, Batavia, sekitar tahun 1860. Ia merupakan anak bungsu dari H Sanusi bin Ayyub dan Hj Da’iyah binti Jeran.

Guru Mughni menerima ajaran Islam di kediamannya, Kuningan, Jakarta –waktu itu bernama Batavia– dari seorang guru bernama Haji Jabir hingga remaja. Merasa ilmunya kurang, Guru Mughni yang saat itu berusia 17 tahun memutuskan untuk belajar agama di Mekkah.

“Belajar ilmu Mekkah waktu umur saya 17 tahun,” kata Azim.

Setelah sembilan tahun belajar agama di Kota Suci, Guru Mughni kembali ke Indonesia. Namun, Guru Mughni kembali merasa perlu memperdalam ilmu agamanya.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk melakukan haji kedua atau rihlah ke Mekkah dan menetap di sana selama lima tahun hingga tahun 1885.

Di sana, Guru Mughni tidak hanya belajar agama, tetapi juga mengajar di sudut-sudut Masjidil Haram di Mekkah.

“Salah seorang santri Hadaratis Hadaratul Syekh Nawawi Al Bantani Imam Besar Mekkah,” ujarnya.

Azim mengatakan bahwa Guru Mughni menikahi delapan wanita. Namun, delapan istrinya tidak menikah pada waktu yang sama.

Maksud dan tujuan memiliki delapan istri adalah untuk berdakwah. Hal itu, kata dia, terlihat dari latar belakang salah satu istri Guru Mughni yang berasal dari Belanda dan keturunan Tionghoa.

“Dia menikah delapan kali karena berdakwah. Akhirnya dia punya keturunan yang hafal Al-Qur’an dan menjadi ulama,” ujarnya.

Sosok Sederhana Meski Menatap Harta Karun

BACA HALAMAN BERIKUTNYA