Jakarta, CNBC Indonesia – Harga acuan komoditas batu bara kembali menguat pada pekan ini, meski penguatannya cenderung menurun dari pekan sebelumnya.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Mei 2023 terpantau menguat 0,34% point-to-point (ptp).
Pada perdagangan Jumat (31/3/2023), harga acuan batu bara terpantau naik 2,93% ke posisi US$ 193/ton.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Sepanjang pekan ini, pergerakan harga batu bara cenderung fluktuatif, dengan sentimen peningkatan permintaan dari China dan India gagal membuat pergerakan batu bara lebih stabil.
Sebagian besar pembelian batu bara yang cukup cepat terjadi di negara-negara Asia, terutama China dan India.
Dikutip dari Reuters, impor batu bara China diperkirakan mencapai 26,82 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Januari 2017.
Angka ini naik 41% dibanding bulan sebelumnya dan naik 70% dibanding Maret 2022.
Impor India diperkirakan mencapai 12,52 juta ton pada Maret tahun ini, tertinggi sejak Agustus 2022. Angka tersebut melonjak 21% (monthly/mtm).
Vietnam juga diperkirakan akan mengimpor batu bara dalam jumlah besar yakni 1,68 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Agustus tahun lalu.
Impor Filipina diperkirakan meningkat menjadi 3,3 juta ton pada Maret, tertinggi sejak Juni 2022.
Pengecualian terjadi di Pakistan dan Jepang. Impor Pakistan pada Maret 2023 diperkirakan hanya 142.441 ton.
Jumlah tersebut lebih rendah dari rata-rata bulanan yang berada di kisaran 1-1,5 juta ton per bulan. Pakistan sedang berjuang untuk membayar impornya karena ekonomi mereka terganggu oleh masalah keuangan.
Impor Jepang juga diperkirakan turun menjadi 10,16 juta ton pada Maret tahun ini, terendah sejak November 2022. Penurunan impor Jepang lebih dari yang diharapkan untuk mengurangi penggunaan listrik karena berakhirnya musim dingin di sebagian besar negara Sakura.
“Harga batu bara memang naik tapi kenaikannya moderat. Harga juga turun karena impor cenderung turun dalam beberapa bulan ke depan,” kata analis Reuters Clyde Russel.
Di sisi lain, menurut analis batu bara Wood Mackenzie, Adam Woods, menjelaskan harga batu bara cenderung melemah akibat pasokan yang cukup, terutama di kawasan Eropa.
“Kekhawatiran pasar kini bergeser dari kekhawatiran kekurangan pasokan menjadi kelebihan kapasitas. Ada kemungkinan pasokan batu bara yang ada akan melebihi kebutuhan pada 2023,” katanya dikutip dari Wall Street Journal.
Musim dingin yang lebih hangat adalah salah satu alasan mengapa pasokan batubara Eropa saat ini cukup.
Eropa membeli batubara dalam jumlah besar tahun lalu setelah embargo batubara Rusia. Mereka juga mengimpor dalam jumlah besar untuk mengantisipasi musim dingin.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
India Umumkan Aturan Darurat Batu Bara, Akankah RI Menang?
(chd/luc)