maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
Harga Emas Turun Akibat Tindakan Arab Saudi dan Rusia

Harga Emas Turun Akibat Tindakan Arab Saudi dan Rusia

Harga Emas Turun Akibat Tindakan Arab Saudi dan Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas turun segera setelah Arab Saudi dan negara penghasil minyak lainnya (OPEC) mengumumkan pengurangan produksi.

Pengurangan produksi minyak dikhawatirkan akan kembali menggelembungkan harga energi sehingga inflasi bisa merangkak naik.

Karena itu, ada risiko inflasi kembali naik di Amerika Serikat (AS). Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) mungkin akan mempertahankan kebijakan hawkish-nya lebih lanjut.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.967,9 per troy ounce. Harga logam mulia turun 0,62%.

Selama sepekan, harga emas turun sebesar 0,47%. Penurunan tersebut memperpanjang rekor buruk emas menjadi dua minggu berturut-turut. Pekan lalu, harga emas juga turun sebesar 0,54%.


Harga emas pagi ini masih melemah. Pada perdagangan hari ini, Senin (3/4/2023) pukul 06:12 WIB, harga emas berada di US$ 1.962,02 per troy ounce. Harga turun 0,30%.

Emas terus melemah akibat keputusan OPEC.

“Inflasi AS dapat meningkat karena faktor baru ini (pemotongan produksi minyak). Inflasi AS akan naik lagi dan ini dapat menghilangkan kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga pada Mei,” tulis analisis Sagar Dua, dikutip dari FX Street .

Seperti diketahui, produsen minyak Arab Saudi dan anggota OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak pada Minggu (3/4/2023). Anehnya, pengurangan itu terhadap 1,16 juta barel per hari.

Kelompok tersebut berpendapat bahwa ini adalah tindakan “pencegahan” untuk menstabilkan pasar. Pengurangan ini merupakan tambahan dari pemotongan produksi yang dilakukan Rusia sebesar 500.000 barel per hari.

Rusia telah memangkas produksi sebagai cara “balas dendam” atas sanksi Barat atas masalah Ukraina.

Rinciannya, Arab Saudi akan memangkas 500.000 barel per hari, Irak 211.000, UEA 144.000, Kuwait 128.000, Aljazair 48.000, dan Oman 40.000.

Langkah OPEC dan Arab Saudi ini dapat sekali lagi meningkatkan harga energi global. Harga energi adalah salah satu penyumbang inflasi terbesar di AS.

AS sendiri akan mengumumkan data inflasi Maret pada 12 April. Inflasi AS tercatat 6,0% (year on year/yoy) pada Februari 2023, naik dari 6,4% (yoy) pada Januari.

Pasar memperkirakan inflasi akan terus menurun menjadi 5,8% (yoy) di bulan Maret.

Gubernur Fed Philip Jefferson pada Senin (27/3/2023) menegaskan bahwa target utama The Fed masih membawa inflasi di kisaran 2%.

“Inflasi harus dibawa kembali dalam kisaran 2%, kisaran target FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal),” kata Jefferson, berbicara di H. Parker Willis Lecture, Washington and Lee University, Lexington, Virginia, pekan lalu.

Jika inflasi AS kembali berakselerasi dan The Fed mempertahankan kebijakan hawkishnya, maka harga emas mungkin berisiko jatuh.

Kebijakan hawkish The Fed akan memperkuat dolar AS dan menaikkan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Dolar yang lebih kuat membuat harga emas lebih tidak terjangkau, menyebabkan investor semakin meninggalkan emas.

Logam mulia juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil akan membuat emas menjadi kurang menarik.

PENELITIAN CNBC INDONESIA

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Turun 1% dalam seminggu, Pesta Cuan Emas Berhenti

(mae/mae)