Jakarta –
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji buka suara soal kemungkinan penurunan harga BBM jenis itu. Pertalitis. Menurut dia, pemerintah baru menghitung ketika harga minyak dunia turun ke level US$ 65-75 per barel.
“Prediksi kita antara US$ 65 sudah mulai hitung, mulai tipis. Kita harus menghitung dengan benar bahwa itu (Pertalite) memang perlu diturunkan. Kita lihat harga minyak di US$ 65. Kalau tidak, kita tidak apa-apa. masih di sini,” ujarnya saat ditemui di Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Senin (10/4/2023).
Saat ditanya apakah harga Pertalite bisa turun di bawah Rp 10.000/liter, Tutuka membenarkan. “Ya, tentang itu,” katanya singkat.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Namun, Tutuka menyebut harga minyak dunia saat ini kembali naik. Harga minyak di atas US$ 80 per barel.
“Sekarang harga minyak naik lagi, US$ 80 lebih, lebih. Kalau US$ 75-65 kita hitung. Tapi harga minyak naik lagi,” jelasnya.
Sebelumnya, harga BBM Pertalite tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun. Meski harga minyak dunia di bawah US$ 100 per barel, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan harga minyak dunia masih tinggi.
“Masih tinggi,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Menurut Arifin, jika harga Pertalite tidak turun berarti masih belum ekonomis. “Harga minyak saat ini masih tinggi nilai keekonomiannya. Kalau tidak turun berarti belum keekonomian,” ujarnya.
Harga Pertalite sendiri terakhir naik pada 3 September 2022. Saat itu, harga Pertalite naik Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter.
(da/da)