maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
Kapan Indonesia bisa ekspor listrik ke Singapura?  Ini perkiraannya

Kapan Indonesia bisa ekspor listrik ke Singapura? Ini perkiraannya

Kapan Indonesia bisa ekspor listrik ke Singapura?  Ini perkiraannya

Jakarta, CNBC Indonesia – Negara tetangga, Singapura, telah mengajukan permintaan listrik dari Indonesia, khususnya berbasis energi baru terbarukan (EBT). Lantas, kapan Indonesia mulai mengekspor listrik ke Singapura?

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin mengatakan, kegiatan ekspor listrik Singapura kemungkinan baru akan dilakukan setelah tahun 2030.

Ia menjelaskan, hal ini karena Indonesia membutuhkan waktu untuk membangun industri EBT, khususnya pabrik solar panel di dalam negeri, dan berdasarkan roadmap, PLTS di Indonesia akan mulai dibangun setelah tahun 2030.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Dia mengatakan, baru setelah industri panel surya di dalam negeri berkembang, Indonesia baru bisa mengekspor listriknya ke Singapura.

“Kita hanya punya roadmap, kita punya apa yang kita butuhkan, mungkin tahun 2030 baru cukup banyak (PLTS). Saat ini listrik di Indonesia masih cukup banyak, jadi misalnya kalau berdasarkan RUPTL PLN ., mungkin sampai tahun 2030 panel surya (solar panel) itu membutuhkan sekitar 4,7 GWp,” kata Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam acara ‘Energy Corner’, dikutip Jumat (24/3/2023).

Dia menjelaskan, jika Indonesia mengekspor listrik dari tenaga surya sebelum membangun industri panel surya di dalam negeri, maka Indonesia hanya akan mengimpor peralatan dari China.

“Nanti kami juga ingin mengembangkannya lebih besar lagi (industri panel surya dalam negeri). Jadi, oleh karena itu, jika kita membangun solar farm untuk ekspor saat ini, kenyataannya peralatan itu mungkin akan didatangkan dari China. Karena China adalah produsen panel surya terbesar di dunia,” tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengumumkan perusahaan asal China menjadi salah satu calon investor yang berminat membangun pabrik solar panel di Indonesia.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan sudah ada calon investor yang tertarik untuk menyediakan salah satu material produksi panel surya seperti cermin. . Perusahaan juga mengunjungi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan membahas rencana pembangunan pabrik panel surya di Indonesia.

“Kebanyakan kaca kita sudah punya, sebenarnya kalau panel di bawahnya ada kaca, kacanya ada dua, kanan, bawah dan atas, yang ini Pak Menteri sudah menerima salah satu calon investor yang mau membangun di Bangka. . Belitung,” kata Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (16/3/2023).

Ia mengatakan calon investor tersebut adalah perusahaan asal China, yaitu Xinyi Solar Holdings.

“Jadi benar,” katanya ketika ditanya apakah perusahaan itu adalah Xinyi Solar Holdings.

Dadan juga menyebutkan bahwa kebutuhan listrik dari sumber energi surya di Indonesia relatif tinggi. Bahkan, ada juga permintaan dari negara lain, yakni Singapura.

Ia juga mengatakan Pemerintah Singapura telah mengusulkan impor listrik berbasis energi baru terbarukan dari Indonesia. Salah satu sumber EBT adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Menurut perintah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pemerintah Indonesia akan menyetujui ekspor listrik ke Singapura selama industri panel surya dikembangkan terlebih dahulu di dalam negeri.

Karena itu, pemerintah kini tengah menggalakkan pembangunan panel surya di Tanah Air.

“Indonesia permintaan EBT besar, sumber dayanya besar, orangnya banyak, ada potensi ekspor dari dan ke ASEAN kan, termasuk Singapura. Jadi sekarang kita dorong ada pabriknya di sini, panelnya. pabrik itu yang paling mudah,” imbuhnya.

Tak hanya itu, beberapa perusahaan energi di Indonesia juga menjalin kerjasama dengan beberapa produsen PV dan baterai (Original Equipment Manufacturer/OEM), baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan industri rantai pasokan panel surya atau Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia.

Perusahaan energi Indonesia termasuk PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (New Energy).

Tiga perusahaan energi Indonesia menandatangani MoU dengan produsen PV dan baterai (OEM) dalam dan luar negeri, termasuk PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co Ltd, Znshine PV-Tech Co. Ltd. , Sungrow Power Supply Co Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co Ltd.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

disayangkan! Punya Kekayaan, Tapi RI Tidak Punya Pabrik

(Wow)