Jakarta, CNNIndonesia —

TIK tok dikatakan f-flag ‘palsu’ jika ada konten di platform yang telah diubah menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Perusahaan mengaku tidak menutup diri terhadap kreativitas dari AI. Namun, dikatakan bahwa kecerdasan buatan dapat mempersulit pengguna untuk membedakan antara fiksi dan nyata.

“Ini bisa dilakukan dengan menggunakan stiker atau keterangan, misalnya menyertakan kata ‘sintetis’, ‘palsu’, ‘bukan ‘asli’ atau ‘edited’,” kata perusahaan itu di situs blognya.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

TikTok menjelaskan konten sintetik alias manipulatif itu seperti konten buatan AI dengan kualitas gambar yang realistis. Itulah mengapa harus diberi label agar pengguna dapat mengidentifikasinya.

“Kami menyeimbangkan nilai ekspresif media sintetik dengan risiko bahaya bagi individu,” demikian pedoman komunitas TikTok.

Salah satu dampak dari peraturan ini adalah dilarangnya penggunaan gambar yang mirip dengan orang di dunia nyata.

“Kami tidak mengizinkan media sintetik yang menyerupai individu kehidupan nyata yang bukan figur publik (sosok biasa) orang pribadi yang nyata,” kata TikTok, dalam panduan Integritas dan Keasliannya.

Namun, perusahaan mengizinkan penggunaan rekayasa untuk figur publik.

“Meskipun kami mengizinkan lebih banyak kebebasan untuk figur publik, kami tidak ingin mereka menjadi sasaran pelecehan, atau digunakan untuk menyesatkan pengguna tentang masalah politik atau keuangan,” kata TikTok.

“Kami tidak mengizinkan media sintetik meniru figur publik jika kontennya digunakan untuk promosi atau melanggar kebijakan lain,” lanjut perusahaan.

Larangan itu juga mencakup ujaran kebencian, eksploitasi seksual, dan bentuk pelecehan ekstrem lainnya.

Kepala Kebijakan Produk Global, TikTok Julie de Bailliencourt, dalam posting blognya mengatakan bahwa pedoman komunitas TikTok terbaru adalah aturan dan standar yang perlu diperhatikan pengguna untuk menjadi bagian dari komunitas.

“Pedoman Komunitas TikTok berlaku untuk semua orang dan semua yang ada di platform ini,” katanya.

Perusahaan lebih lanjut menyatakan bahwa prinsip komunitas didasarkan pada komitmen TikTok untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan sesuai dengan kerangka hukum internasional.

[Gambas:Video CNN]

(bisa/ah)