Jakarta –
Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha). Luasnya meningkat signifikan dari realisasi kemitraan tahun lalu yang hanya 3.366 ha.
Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto mengatakan tiga lokasi baru FEP tahun ini adalah Pandeglang, Lampung, dan Kuala Tanjung.
Peningkatan kemitraan terjadi karena program tersebut mendapat respon positif dari petani, terutama karena bantuan dari tim ahli agronomi perusahaan yang membantu meningkatkan produktivitas mitra.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Dari data lapangan, peningkatan produktivitas dengan pendampingan ini setidaknya mencapai 15%.
“Dengan bantuan tersebut, petani dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga otomatis pendapatannya meningkat,” kata Saronto dalam keterangan tertulis, Kamis (30/3/2023).
Pada musim tanam pertama (November 2022-Februari 2023), jumlah petani peserta FEP mencapai 2.302 orang dengan luas 2.815 ha. Jumlah ini melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya 1.626 orang dengan luas 1.113 ha.
Sejak musim tanam II (Maret-Juni 2021) hingga saat ini, sebanyak 7.561 petani telah bergabung dalam FEP dengan luas 6.798 ha yang tersebar di Jawa dan Sumatera. FEP memulai musim tanam kedua pada tahun 2021 dengan lahan kemitraan seluas 141 ha.
Program ini juga dapat berjalan lancar berkat dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan sarana produksi pertanian dan gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Dalam program tersebut, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, seperti asuransi pertanian dan sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerja sama dengan Jasindo dan pemerintah daerah untuk memberikan subsidi bagi petani.
Selain itu, perseroan juga menjalin kerja sama dengan Central Asia Insurance (ACA). Kedua, penerapan praktik pertanian yang baik (GAP). Ketiga, bantuan akses pasar, seperti perusahaan yang menyerap produksi beras dari petani dengan harga yang wajar dan wajar.
Wilmar Padi Indonesia dapat membeli gabah dari petani dengan harga yang wajar karena efisiensi produksi dan menggunakan produk sampingan dalam produk hilir yang memberikan nilai tambah. Seperti, bekatul, sekam, menir dan sekam. Sedangkan dasar pembelian gabah ditentukan oleh kualitas yang ditentukan oleh kadar air, kadar kotoran, dan hijau gabah.
“Intinya pembelian ditentukan oleh imbal hasil,” tambah Saronto.
Saronto menjelaskan, dalam menjalankan usahanya, WPI memiliki tiga tujuan utama. Pertama, membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara membeli gabah dengan harga wajar dan wajar.
Kedua, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan. Ketiga, membantu pemerintah mengendalikan inflasi akibat pengaruh kenaikan harga beras.
“Kami berusaha mengikuti arahan pemerintah untuk membantu meningkatkan ketahanan pangan di negara ini,” katanya.
Ini juga menghadapi banyak tantangan dalam program ini. Diantaranya, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang diperkenalkan oleh tim FEP karena adanya knowledge gap.
Selain itu, tim juga harus membangun hubungan emosional yang kuat dengan para petani, karena biasanya saat panen raya mereka didekati oleh tengkulak dengan iming-iming harga yang lebih tinggi.
(fhs/ega)